Sewaktu SMA saya mengikuti Pertukaran Pelajar ke Bali -atau mungkin bisa dibilang Pertukaran Budaya kali ya- karena disini kami mempelajari Tarian Bali begitu juga sebaliknya, bukan Tari Kecak kok. Tarian dasar -yang kalau gak salah, namanya- Tari Puspawresti
Bali terkenal kental akan budayanya, sepanjang jalan ke sekolah hampir setiap rumah atau bangunan yang kami lewati memiliki ciri khas yang Bali banget. Begitu juga bangunan sekolah. Saya bersekolah di SMA 5 Denpasar, Bali dan ditempatkan di XI IPA 1 bersama ke dua teman saya yang lainnya. Setiap pagi murid akan sembahyang terlebih dahulu di Pura yang ada di sekolah. Jika saya melihat ada beras di kening mereka, itu menandakan bahwa mereka sehabis dari Pura. Biasanya sebelum memulai pembelajaran kita akan berdoa. Begitu juga di Bali, karena rata-rata mereka beragama Hindu maka mereka akan berdiri lalu berdoa. Kami yang beragama Islam tentu saja berdoa sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Dikelas saya saat itu tidak semuanya beragam Hindu, ada yang beragama Islam dan juga Kristen. Kami melebur menjadi satu tidak membeda-bedakan.
Satu lagi, saat itu saya tidak tahu mereka sedang merayakan apa tetapi mereka yang beragama hindu beramai-ramai bersembahyang di Pura, selebihnya kami hanya menunggu dikelas. Kami pernah diajak oleh murid disana untuk melihat Pura. Namun, saya tidak ikut ke dalam karena sedang masa period dan itu dilarang, jadi sangat disayangkan saya tidak melihat seperti apa tempat peribadatan suci Agama Hindu tersebut. Letak Pura sangat dekat dengan tempat kami latihan menari. Disana setiap anak kelas 1 wajib mengambil kelas nari dan akan setiap hari kami melihat anak-anak menari. Oh ya tidak jauh dari tempat latihan, ada pohon mangga yang berbuah banyak.
"Kok, gak diambil sih mangganya, kan lumayan udah berbuah"
"Disini, gak ada yang berani ngambil buahnya, ada penunggunya gitu dan juga dilarang disekolah"
(Saya ngak tau juga ini bener atau gak, soalnya kalo disekolah saya mungkin udah ludes kali heheh)
Setiap hari yang kami lakukan adalah belajar gerakan tarian Puspawresti sehingga waktu dikelas akan sangat singkat. Kami yang baru mempelajari 2 gerakan saja sudah bikin pinggang encok. Serius!! Menurut anak-anak disana itu belum seberapa karena mereka akan dipaksa agar lekukan tubuh terbentuk supaya tarian yang dihasilkan menarik dan harmonis. Kami berlatih kurang lebih satu bulan dan diakhir kami harus menampilkan tarian tersebut dihadapan seluruh anak-anak di SMA tersebut. Selesai menari artinya selesai juga masa sekolah dan kami harus bersiap pulang. Ada satu anak jepang yang memberikan kado perpisahan kepada kami, padahal kami hanya berkenalan dan selepas itu jarang banget atau gak pernah ketemu lagi karena kesibukan latihan.
Selain itu ada aja kejadian-kejadian yang terjadi tiap hari mulai dari jalan kaki dan harus menghindar dari anjing, atau ngak tiba-tiba anjing gonggong dan kita harus tetep stay cool jalan. Saya yang bakal pegangin orang disamping dengan erat karena takut anjing dan pas disekolah teriak karena ada anjing. Trus juga ada kejadian serem dimana kita bangun tengah malem karena satu temen merasa ada hal aneh dan kita pun baca ayat kursi. Trus juga kejadian lucu yaitu ketika saya berbicara logat Bali pada akhirnya berujung logat Sunda.
Teman Bali saya juga heran dan bilang "Loh kok kamu jadi logat Sunda"? hahahaha.
Kalau ke Bali gak ke tempat pariwisatanya itu RUGI BANGET. Nah kami ke beberapa tempat wisata terkenal di Bali mulai dari Pantai, Kebun Raya, Gunung, hingga tempat suci di Bali dan tak lupa melihat sunset terbenam di ujung pantai. Salah satu keuntungan pertukaran pelajar ya gini jalan-jalan. Yuhuuuu
Sewaktu disana saya nyicip yang namanya asinan bali. Saya sudah mengira asinan yang datang penuh bumbu cabai dan juga beragam buah ternyata oh ternyata saya lupa setiap daerah punya keunikanannya masing-masing dan yang datang adalah asinan rumput laut dengan kuah pedes -kalo kata temen saya yang orang bali namanya kuah pindang-. Jujur aja waktu pertama nyicip, rasanya agak aneh dan pedes. Saya suka sih rumput lautnya tapi kuahnya aduh, mungkin karena saya baru nyoba pertama kali jadi agak kaget di lidah.
Itu pengalaman saya selama di Bali mulai dari dapat temen, pengetahuan budaya, mengenal karateristik, dan berkunjung ke wisata.
Oh ya thank to social media that connected us
Satu lagi sepulang dari Bali kami harus menampilkan Tarian tersebut didepan seluruh anak-anak di sekolah saya. dan juga mendapatkan kesempatan menampilkan tarian di hadapan Walikota Pangkalpinang. Yeay!!!