google.com |
Sekarang tuh banyak banget kajian-kajian yang rutin diadakan di masjid, bahasannya pun beragam mulai dari perbaikan diri sampai jodoh. Pengikutnya juga gak hanya orangtua tapi anak muda yang sudah mulai sadar betapa pentingnya asupan kajian untuk batin bagi seorang muslim/muslimah.
Nah, Minggu lalu saya ikut salah satu kajian yang membahas mengenai pencarian jodoh. Kajian kali ini sungguh berbeda karna diadakan di warung kopi. Berhubung bahasannya mengenai jodoh maka yang dateng rata-rata anak muda. Sepanjang kajian nggak ada masalah sama sekali malahan saya setuju banget dengan bahasan mengenai 10 dosa besar yang harus dihindari atau diperbaiki demi segera bertemu jodoh. Nggak hanya cepet dapet jodoh tapi membuat hidup lebih baik kedepannya. Oh ya ustadnya juga masih muda kok tapi udah beristri ya dan bukan merupakan ustad lokal karna di datangkan langsung dari daerahnya tapi udah cukup terkenal.
Tapi ada satu hal yang saya kurang setuju dari presentasi sang ustad pada salah satu slide mengenai perempuan.
"Jangan Terima Segel yang Rusak"
"Trus kalau udah rusak segelnya gimana?"
"Emang salah ya perempuan dengan segel yang rusak?"
"Kenapa harus bawa-bawa "segel" ?
"Terus nasib mereka yang udah nggak ber"segel" gimana ?
Itu pertanyaan saya selama mengikuti kajian. Jelas saya kurang setuju disini. Rusak identik dengan barang dan perempuan nggak bisa disamakan dengan barang.
Perempuan yang sudah lepas "segel" sebelum menikah bisa aja karena alasan lain seperti kecelakaan, aktifitas berat ataupun tindakan asusila. dan Apakah mereka buruk ? Gak juga. Mereka masih bisa kerja dan berkarya. Segel ataupun tanpa segel tidak menghambat aktifitas si perempuan. Hanya saja penilaian seseorang.
Saya ngerti betul pesan yang ingin disampaikan sang ustad adalah menyarankan perempuan untuk selalu menjaga kehormatan dan sesuatu yang berharga dalam dirinya tapi kalau ditelisik lebih dalam akan menimbulkan tafsiran lain.
Alangkah lebih baik slide yang berisikan kalimat tersebut dihilangkan karena sayang banget dari isi kajian tuh udah bagus banget dan karena ini jadi semacam ternodai. (ceile)
Dalam mengikuti kajian harus banget kita sebagai pengikut lebih kritis dalam menerima setiap ceramah sang ustad maupun ustazah karna gak mungkin mereka bisa aja memberikan penjelasan yang salah ataupun dapat membentuk suatu opini tertentu yang akhirnya diikuti. Bukankah ustad maupun ustadzah juga manusia yang tak luput dari salah ?
No no no...
Saya nggak menghakimi atau memberikan penilaian buruk pada sang penceramah. Hanya saja kita sebagai manusia perlu menelaah lebih dalam maksud dan arti dari penjelasan sang ustad/ustadzah.
Oh ya berbicara agama salah satu artikel yang menurut saya masuk akal "Kelompok Pengajian "Salam" Kaji Islam dari Perspektif Kemanusiaan" . Isinya lebih menyadarkan kita untuk lebih berpikir kritis dari setiap kajian yang diikuti. Mungkin kamu bisa baca!
By the way saya juga masih dalam tahap belajar kok :)