A Lesson
22.23
Jadi...
Hari ini saya punya janji dengan salah satu responden untuk mewawancarai mengenai penelitian saya. Sejujurnya saya males banget untuk pergi berhubung saya memang kekurangan satu responden dan sudah buat janji seminggu sebelumnya, mau tidak mau harus saya tepati.
Beliau ini sudah tahu mengenai tujuan saya jadi langsung deh saya tanya-tanya setelah sampai dirumah. Syukurnya beliau berbeda dengan responden saya lainnya, sangat responsive dan hobby bercerita. Saya dengan senang hati mendengarkan dan juga beliau berjanji untuk mengajak saya ke salah latu lahan karena pada saat ini lahan beliau tergenang air alias tipe lahannya rawa lebak pematang*.
Saya merasa canggung sekali karena bapaknya baik baik baik baik banget. Beliau sudah terbiasa dengan mahasiswa seperti saya yang bertujuan untuk mencari data penelitian sehingga saya disambut dengan hangat. Apalagi saya diajak makan bareng bersama keluarganya karena kebetulan saat itu siang hari.
"Ya allah kesian amat yak ini perempuan, udah jauh-jauh dateng, sendirian pula hanya untuk wawancara"
Mungkin alasan diatas beliau mengajak saya makan
Seperti yang saya bilang sebelumnya, bertemu mahasiswa seperti saya bukan sekali duakali tapi sudah sering pake banget. Nah, dari beragam mahasiswa yang beliau temui ada beberapa dari mereka yang tidak sopan dan hanya berniat untuk mengambil kepentingannya saja dalam artian mereka hanya peduli dengan data penelitian yang akan diambil, semacam habis manis sepah dibuang.
Sebagai mahasiswa ingin sekali menyelesaikan pengambilan data dengan cepat apalagi didaerah yang mungkin baru pertama kali dikunjungi. Ada rasa tidak nyaman apabila berlama-lama didaerah orang, rasanya pengen cepet cepet pulang! Tapi kita gak tahu ternyata beberapa penduduk sana sudah menganggap kita sebagai keluarga mereka. Beruntungnya beliau memaklumi mahasiswa seperti ini karena memang jauh dari keluarga dan tiba-tiba dihadapkan dengan orang asing. Lalu, mahasiswa yang kurang sopan dan menganggap remeh responden.
Bayangke bae kau, aku disms dio 3-4x, pening-pening ku telpon dio ku marahi, maksud aku tu jangan sms cak tadi dio nanyanyo bolak balek aku yang pening mano hari panas. Beh naik darah aku!
Sepanjang obrolan saya diberikan saran dan dinasehati bagaimana harus bersikap karena sebagai anak muda terkadang masih larut dalam hal ke-egoisan. Hal yang paling penting menurut beliau adalah adab karena itu adalah penilaian orang pertama kali.
Obrolan kami berakhir 3 jam setelahnya dan cus deh saya pulang tapi masa selama naik ojek, saya liat muka bapak ojeknya mirip ayah saya.
Kangen!
Oh ya, pengalaman saya dalam mengambil data akan saya ceritakan di next story.
Pelajaran kali ini adalah saya bersyukur sekali bertemu dengan bapak sebaik ini apalagi berbagai nasihat yang diberikan kepada saya sebagai anak muda, plusnya lagi keluarganya yang warbiayasak baik. Terharu dedek!
Terimakasih bapak!
Note :
Rawa lebak pematang (dangkal) : rawa yang tergenang air kurang dari 50 cm. Rawa ini kebetulan dipengaruhi oleh sungai sehingga setiap musim hujan akan tergenang/banjir akibat luapan sungai.
0 komentar